Sumber gambar:https://www.sekolahathirah.sch.id
Acara malam perpisahan bertajuk Prom Night 2024 masih
berlangsung seru. Lantunan lagu dan iringan musik pop dari grup band bintang
tamu, masih terdengar merdu dan syahdu. Para peserta yang merupakan pelajar
kelas XII di sebuah SMA swasta di kota Jepara itu larut dalam suasana haru.
Maklum, malam itu adalah malam terakhir mereka berstatus sebagai pelajar ”putih
abu-abu”. Mereka ingin menikmatinya sebagai kenangan terakhir sebelum
masing-masing menjalani kehidupan yang baru.
Para peserta terlihat begitu gembira menikmati suasana.
Mereka tertawa lepas dengan penuh bahagia. Namun, tidak dengan Hendra. Ia justru
memilih menjauhkan diri dari tempat pesta. Sulung dari empat bersaudara, anak
seorang buruh serabutan itu duduk menyendiri di sebuah kursi taman, tak jauh
dari gedung tempat acara digelar. Melihat teman sebangkunya termenung seorang
diri, Wijaya menghampiri Hendra.
”Kamu ngapain bengong sendirian di sini?” sapa Wijaya
sambil menepuk pundak Hendra dan duduk di sebelahnya. ”Masuk, Yuk!” sambung
Wijaya.
”Males ah. Aku pengen di sini aja. Kamu ngapain ikutan ke
sini?” timpal Hendra.
”Jangan gitu lah Hen. Ini kan malam terakhir kita sebagai
siswa. Mulai besok, kita udah gak bisa bareng-bareng lagi di kelas. Ayolah,
kita nikmati pesta perpisahan malam ini.” Wijaya berusaha merayu Hendra agar
mau kembali masuk ke ruang acara, bergabung dengan peserta lainnya.
”Iya, kalian pantas merayakan pesta malam ini. Setelah
kalian lulus dari sini, masa depan kalian sudah pasti. Kamu nanti kuliah. Soni,
Iwan, dan Rian juga. Rangga melanjutkan usaha ayahnya. Rahmat akan mondok ke
Surabaya. Wira kabarnya juga sudah disiapkan modal oleh orang tuanya untuk
membuka usaha rental PS. Sedangkan aku?” Hendra tiba-tiba menghentikan
perkataannya. Matanya mulai berkaca-kaca. Pandangannya menerawang jauh ke
depan. ”Kalian punya segalanya untuk sukses. Sedangkan aku hanya si miskin yang
buruk rupa.” lanjut Hendra. Kini suaranya terdengar berbeda. Air dari sudut
matanya mulai turun ke pipi.
Menyaksikan hal itu, Wijaya langsung merangkul Hendra.
Dipeluknya erat-erat sahabatnya itu. Mendadak Wijaya ikut menetaskan air mata
karena terbawa suasana. Ia mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Hendra.
”Siapa di antara kita ini yang bisa menjamin dirinya
kelak menjadi orang sukses? Siapa yang bisa memastikan bahwa apa yang
dicita-citakan pasti akan tercapai? Apakah karena kamu ditakdirkan sebagai anak
seorang buruh lalu kamu tidak akan punya kesempatan untuk sukses dan menjadi
orang besar? Apakah karena saat ini keluargaku diberikan materi yang cukup,
ayahku seorang pengusaha, lantas otomatis aku nanti bakal bisa jadi orang kaya?
Ayolah, Hen. Hendra yang kukenal tak serapuh ini. Hendra yang selama ini aku
kenal adalah pria tangguh yang tak kenal putus asa.”
Mendengar perkataan Wijaya, Hendra hanya mematung, diam
seribu bahasa. Di antara kegalauan yang malam itu menghantui dirinya, ia
bersyukur memiliki sahabat seperti Wijaya.
***
Tidak ada manusia yang terlahir sempurna. Ada manusia
yang dikarunai kecerdasan luar biasa tetapi hidup di tengah keluarga yang
sederhana. Ada manusia yang hidup bergelimang harta, tetapi bermasalah dengan
kesehatannya. Ada manusia yang dianugerahi kesehatan prima, tetapi
memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. Di balik kelebihan yang kita miliki, ada kekurangan yang menyertai.
Setiap manusia dilahirkan dengan keistimewaannya masing-masing.
Orang yang mempunyai keterbatasan fisik ataupun mental,
tidak berarti masa depannya akan suram. Nick
Vujicic, motivator asal Australia adalah penyandang disabilitas fisik karena
Tetra-amelia Syndrome yang membuat tangan dan kakinya tidak bisa tumbuh
sempurna. Hidup tanpa tangan dan kaki sempurna, membuat Nick menjadi korban bullying
saat masih sekolah. Meskipun demikian, ia tak pernah patah semangat untuk
belajar dan menjalani hidup. Bahkan ia mampu menyelesaikan studinya hingga
sarjana dan menjadi motivator di berbagai negara.
Siapa
yang tak kenal Isaac Newton? Ia adalah penemu gaya gravitasi. Ilmuwan asal
Inggris tersebut adalah seorang pengidap autisme. Isaac Newton memiliki gangguan
mental sehingga kesulitan berinteraksi dengan orang lain. Keterbatasan yang ia
miliki tidak menghalangi dirinya untuk terus belajar dan berkarya di bidang ilmu
pengetahuan. Bahkan buah pemikirannya bisa kita nikmati hingga saat ini.
Di
Indonesia, Angkie Yudistia adalah bukti bahwa keterbatasan dan kekurangan fisik
seseorang tidak serta merta membuat ia terpuruk dan hanya bisa meratapi nasib. Penyandang tuna rungu
sejak usia 10 tahun tersebut pernah menjadi finalis pemilihan Abang None
Jakarta pada tahun 2008. Bahkan, kini ia didaulat menjadi staf khusus Presiden
Joko Widodo. Kehilangan pendengaran sejak usia belia membuat Angkie
sempat terpukul dan insecure. Apalagi ia pernah mendapat perlakuan tak menyenangkan dari lingkungan
sekitar. Namun, berkat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekatnya,
akhirnya ia mampu bangkit dari keterpurukan.
Nick Vujicic, Isaac Newton, dan Angkie Yudistia adalah
sedikit contoh dari sekian banyak orang-orang yang dikaruniai keterbatasan dan
kekurangan oleh Tuhan. Namun, ketidaksempurnaan yang mereka miliki, tidak
membuat mereka putus asa dan rendah diri. Mereka tetap bersyukur dan tak pernah
’menyalahkan’ Tuhan. Mereka justru mampu menginspirasi dan memotivasi orang
lain untuk bangkit. Ketidaksempurnaan yang Tuhan berikan, tetap membuat mereka bisa
menikmati hidup.
Allah Maha Besar dan Kuasa. Kekuasaan-Nya telah menciptakan
manusia dengan keunikan dan keistimewaan masing-masing. Ada orang yang terlahir
dari keluarga kurang mampu, tetapi ia berhasil menjadi orang sukses. Ada orang
yang tidak memiliki kepandaian dalam bidang akademik tetapi ia berhasil menjadi
pemimpin sebuah organisasi. Ada orang yang tidak mahir public speaking tetapi ia dikagumi banyak orang karena kebaikan
tutur kata dan perilakunya. So, jangan pernah merasa rendah diri. Agar
bisa meraih kesuksesan, jadikan kelebihan untuk menutupi kekurangan yang kita
miliki. Ketika sukses, jangan lupa rendah hati!